Sabtu, 21 Februari 2015

TAUHID



1.      Pengertian Tauhid
Menurut bahasa kata tauhid berasal dari bahasa Arab tauhid bentuk masdar (infinitif) dari kata wahhada, yang artinya al-i’tiqaadu biwahdaniyyatillah (keyakinan atas keesaan Allah). Sedangkan pengertian secara istilah tauhid ialah meyakini bahwa Allah Swt. itu Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Kesaksian ini dirumuskan dalam kalimat syahadat. Laailahailla Allah (tidak ada Tuhan selain Allah).Tauhid artinya mengesakan Allah. Esa berarti Satu. Allah tidak boleh dihitung dengan satu, dua atau seterusnya, karena kepada-Nya tidak layak dikaitkan dengan bilangan. Beberapa ayat al-Qur’an telah dengan jelas mengatakan keesaan Allah. Di antaranya surah al-Ikhlas ayat 1-4 sebagai berikut:
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." (Q.S. al-Ikhlas [112]:1-4)
Dari ayat di atas dapat ditangkap penjelasan bahwa Allah itu Maha Esa. Keesaan Allah Swt. itu menurut M. Quraish Shihab mencakup keesaan Zat, keesaan Sifat, keesaan Perbuatan, serta keesaan dalam beribadah kepada Nya.Keesaan Zat mengandung pengertian bahwa seseorang harus percaya bahwa Allah Swt. tidak terdiri dari unsur-unsur, atau bagian-bagian. Karena, bila Zat Yang Maha Kuasa itu terdiri dari dua unsur atau lebih—betapapun kecilnya unsur atau bagian itu—maka ini berarti Dia membutuhkan unsur atau bagian itu, atau dengan kata lain, unsur atau bagian ini merupakan syarat bagi wujud-Nya.
Ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas tentang Allah Swt. sifat-sifat yang wajib pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan sifat-sifat yang sama sekali harus ditiadakan daripada-Nya, serta tentang rasul-rasul Allah Swt. untuk menetapkan kerasulan mereka, hal-hal yang wajib ada pada diri mereka, hal-hal yang boleh(dinisbahkan) kepada mereka, dan hal-hal terlarang mengaitkannya kepada mereka.
2.      Nama-Nama Ilmu Tauhid
Ilmu tauhid memiliki beberapa sebutan lain seperti berikut:
a.       Ilmu Ushuluddin
Kata ushuluddin terdiri dari dua kata yaitu ushul yang berarti pokok atau pangkal dan din yang berarti agama. Jadi ilmu ushuluddin adalah ilmu tentang pokok-pokok agama. Ilmu tauhid sering disebut juga dengan ilmu ushuluddin (pokok-pokok atau dasar-dasar agama) karena ilmu itu menguraikan pokok-pokok atau dasar-dasar agama.
b.      Ilmu Aqaid
Ilmu tauhid sering juga disebut ilmu aqaid (keyakinan), karena ilmu tersebut membahas masalah-masalah yang berhubungan dengan keyakinan.
a.       Ilmu Kalam
Kata kalam berarti perkataan atau kata-kata yang tersusun yang menunjukkan suatu maksud pengertian. Kata kalam kemudian dipakai untuk menunjukkan salah satu sifat Allah yaitu berkata-kata. Jadi ilmu kalam adalah ilmu tentang kalam Allah.Ilmu tauhid sering juga disebut dengan ilmu kalam.
Penamaan ilmu kalam didasarkan pada beberapa alasan, antara lain;
·         Problem-problem yang diperselisihkan umat Islam pada masamasa awal dalam ilmu ini adalah masalah Kalam Allah Swt. yaitu al-Qur’an, apakah ia makhluk dalam arti diciptakan ataukah ia qadim dalam arti abadi dan tidak diciptakan.
·         Dasar dalam membahas masalah-masalah ke Tuhanan tidak lepas dari dalil-dalil aqliyang dijadikan sebagai argumentasi yang kuat sesuai dengan aturan-aturan yang ditetapkan dalam logika (mantiq) yang penyajiannya melalui permainan (kata-kata) yang tepat dan jitu.
b.      Ilmu Ilahiah
Ilmu tauhid juga dikenal dengan sebutan ilmu ilahiah, karena yang menjadi obyek utama ilmu ini pada dasarnya adalah masalah ketuhanan. Ilmu tauhid juga kadang disebut dengan teologi. Teologi adalah ilmu tentang Tuhan atau ilmu ketuhanan. Kata teologi berasal dari dua kata yaitu theoyang berarti Tuhan dan logosyang berarti ilmu. Tetapi apabila kata teologi dipakai untuk membicarakan tentang Tuhan dalam Islam, maka hendaklah selalu ditambahkan kata Islam di belakangnya, sehingga menjadi teologi Islam. Sebab kata itu dapat juga dipakai untuk membicarakan Tuhan menurut agama-agama yang lain, seperti teologi Kristen, teologi Hindu, dan sebagainya. Ini semua dimaksudkan untuk menghindari kesalahpahaman.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa istilah teologi Islam, ilmu kalam, dan ilmu tauhid memiliki kesamaan pengertian, yaitu di sekitar masalah-masalah sebagai berikut;
·         Kepercayaan tentang Tuhan dengan segala seginya, yang berarti termasuk di dalamnya soal-soal wujud-Nya, keesaan-Nya, sifat-sifat-Nya dan sebagainya.
·         Pertalian-Nya dengan alam semesta, yang berarti termasuk di dalamnya persoalan terjadinya alam, keadilan dan kebijaksanaan Tuhan, serta qadadan qadar. Pengutusan rasul-rasul juga termasuk di dalam persoalan pertalian manusia dengan Tuhan, yang meliputi juga soal penerimaan wahyu dan berita-berita alam ghaib atau akhirat.
3.      Ruang Lingkup Tauhid
Pokok-pokok pembahasan yang menjadi ruang lingkup ilmu tauhid meliputi tiga hal sebagai berikut:
a.       Ma’rifat al-mabda’ yaitu mempercayai dengan penuh keyakinan tentang Pencipta alam yaitu Allah Swt. Hal ini sering diartikan dengan wujud yang sempurna, wujud mutlak atau wajibul wujud.
b.      Ma’rifat al-watsiqah yaitu mempercayai dengan penuh keyakinan tentang para utusan Allah Swt. yang menjadi utusan dan perantara Allah Swt. dengan umat manusia untuk menyampaikan ajaran-ajaran Nya, tentang kitab-kitab Allah yang dibawa oleh para utusan-Nya dan tentang para malaikat-Nya.
c.       Ma’rifat al-ma’ad yaitu mempercayai dengan penuh keyakinan akan adanya kehidupan abadi setelah mati di alam akhirat dengan segala hal ihwal yang ada di dalamnya.
4.      Macam-Macam Tauhid
Berdasarkan jenis dan sifat keyakinan tauhid, para ulama membagi ilmu tauhid dalam empat bagian; yaitu:
a.       Tauhid yang berhubungan dengan ke Tuhanan yaitu mempercayai bahwa hanya kepada Allah-lah kita harus berTuhan, beribadah, memohon pertolongan, tunduk, patuh dan merendah serta tidak kepada yang lain. Tauhid ini mengandung makna bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Semua amal ibadah harus disandarkan kepada-Nya.
Dialah yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia; Maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadat kepada-Nya. segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. (Q.S. al-Mukmin: 65)
b.      Tauhid yang berhubungan dengan sifat Allah yang Maha Memelihara yaitu mempercayai bahwa Allah Swt. adalah satu-satunya pencipta, pemelihara, penguasa dan pengatur alam semesta ini. Tauhid ini juga mengandung pengertian keyakinan atas keesaan Allah dalam penciptaan alam. Allah adalah al-Khaliq. Hanya Allah Pencipta dan Penguasa alam semesta.

kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik (Q.S.al-Mukminnjn: 14).
c.       Tauhid yang berhubungan dengan kesempurnaan sifat Allah yaitu mempercayai hanya Allah Swt. yang memiliki segala sifat kesempurnaan dan terlepas dari sifat tercela atau dari segala kekurangan.

Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, Padahal  Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohongi (dengan mengatakan): «Bahwasanya  Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan», tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha suci  Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan. (Q.S. Al-An’am [6] : 100)
d.      Tauhid yang berhubungan dengan kekuasaan Allah yaitu mempercayai bahwa Allah sebagai satu-satunya Zat yang menguasai alam semesta, tidak ada lagi zat lain yang turut serta dalam kekuasaan-Nya. Tidak ada sekutu atas kekuasaan Allah di jagat raya ini. Allah adalah al-Malik, Maha Raja di atas raja-raja yang ada di dunia.
 
Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S. Ali Imran : 26)
5.      Hikmah dan Manfaat Bertauhid
Orang yang bertauhid akan memiliki hikmah yang besar, antara lain:
a.       Tauhid yang kuat akan menumbuhkan sikap kesungguhan, pengharapan dan optimisme di dalam hidup ini. Sebab orang yang bertauhid meyakini bahwa kehidupan dunia adalah ladang akhirat.
b.      Orang yang bertauhid jika suatu saat dikaruniai harta, maka ia akan bersyukur dan menggunakan hartanya itu di jalan Allah. Sebab ia yakin bahwa harta dan segala yang ada adalah milik Allah.
c.       Dengan bertauhid akan mendidik akal manusia supaya berpandangan luas dan mau mengadakan penelitian tentang alam. Al-Qur’an telah memerintahkan kepada kita supaya memperhatikan penciptaan langit, bumi, dan segala isinya.
6.      Bahaya Tidak Bertauhid
Keimanan yang kuat akan memberikan hikmah dan manfaat yang besar. Sebaliknya, sikap tidak bertauhid akan mendatang hal-hal negatif, diantaranya:
a.       Orang yang tidak bertauhid tidak akan mempunyai rasa optimisme dan pengharapan dalam hidup, karena tidak ada dalam benaknya keyakinan akan adanya kehidupan setelah mati.
b.      Orang yang tidak bertauhid akan berpandangan sempit. Tidak ada dorongan di dalam hatinya untuk melakukan penelitian dan renungan tentang rahasia di balik kekuasaan Allah Swt. Karena ia tidak percaya terhadap Allah Swt. Penghidupannya akan menjadi sempit, seperti firman Allah Swt dalam (QS. thaha : 124).
  
“dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta".
c.       Orang yang tidak bertauhid akan mudah tertipu oleh hal-hal yang bersifat keduniawian. Prinsip hidup orang seperti ini yang penting senang, tidak peduli apakah hal itu benar atau salah.
d.      Orang yang tidak bertauhid akan tertutup hatinya. Jiwanya mengalami disfungsi. Pesan-pesan Allah tidak akan mampu tertangkap meskipun Allah begitu dekat.
  
Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka dan penglihatan mereka ditutup dan bagi mereka siksa yang Amat berat. (QS. al-Baqarah : 7)
 
Sumber : Buku Akidah Akhlak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar