Sabtu, 21 Februari 2015

SEJARAH MUNCULNYA ILMU KALAM



A.    LATAR BELAKANG MUNCULNYA ILMU KALAM
  
Dalam sejarah menyebutkan ilmu kalam terdapat dua aliran pokok, yaitu aliran rasional dan tradisional. Aliran rasional dicetuskan oleh kaum Muktazilah dengan tokohnya Abu Huzail al-Allaf, an-Nazzam, Muamar bin Abbad, al-Jahiz Abu Uzman bin Bahar, dan al-Jubba’i. Tokoh-tokoh kaum Muktazilah ini telah mempelajari dan memanfaatkan filsafat dalam menangkis argumen-argumen filosofis yang dikemukakan oleh lawan-lawan mereka. Akal, menurut aliran Muktazilah dapat mengetahui adanya Allah, kewajiban berterima kasih kepada Allah, perbedaan antara yang baik dan jahat, serta kewajiban manusia untuk melakukan kebaikan dan menjauhi kejelekan.
Di pihak lain aliran tradisional tidak memberikan kedudukan dan kemampuan terhadap akal. Hal itu disebabkan sebelum lahirnya agama, kemampuan akal hanya terbatas mengetahui adanya Allah. Untuk mengetahui selain itu adalah di luar kemampuan akal. Kaum Asy’ariah termasuk yang memelopori aliran tradisional. Tokoh-tokohnya adalah al-Baqilani, al-Juwaini dan al-Ghazali.

B.     PERBEDAAN KAJIAN ILMU KALAM DENGAN ILMU KEISLAMAN YANG LAIN

1.         FILSAFAT ALAM
Filsafat Yunani telah menarik perhatian kaum muslimin, terutama sesudah ada terjemahan buku-buku filsafat Yunani ke dalam bahasa Arab. Penerjemahan itu dilakukan sejak zaman Khalifah al-Mansur (754-775 M) dan mencapai puncaknya pada masa al-makmun (813-833 M) dari Bani Abbasiyah.filsafat Yunani tidak hanya diambil manfaatnya olrh kalangan mutakallimin sebagai alat untuk memperkuat dalil-dalil kepercayaan Islam dalam menghadapi lawan-lwannya. Akan tetapi juga diambil manfaatnya dari kalangan ahli-ahli filsafat Islam, seperti al-Kindi, al-Farabi dan Ibnu Sina. Meskipun demikian, terdapat perbedaan antara ilmu kalam dan filsafat Islam dalam cara pembinaannya. Ilmu Kalam timbul secara berangsur-angsur dan awalnya merupakan hal terpisah-pisah, misalnya dari masalah akidah ke masalah politik. Adapun filsafat Islam muncul dari hasil penerjemahan filsafat Yunani.

2.         ILMU FIKIH
Objek pembahasan ilmu kalam dengan ilmu fikih sangat berbeda. Ilmu kalam membicarakan tentang akidah, prinsip keyakinan Islam dan keesaan Allah. Adapaun ilmu fikih membahas hukum-hukum yang berkaitan dengan ibadah, muamalah, perkawinan, pidana dan waris. Selain itu, ilmu fikih juga mengatur tentang amaliah pengabdian seorang muslim kepada Allah dan hubungan dengan manusia.

3.         ILMU TASAWUF
Dalam membahas masalah-masalah agama, ilmu kalam menggunakan dalil-dalail pikiran yang diamsukkan ke dalam hati nurani untuk membentuk ibadah manusia. Adapun tasawuf dalam membahas masalah ibadah lebih banyak menggunakan perasaan dan latihan kejiwaan karena dengan cara ini dapat memperbanyak amal ibadah. Unsur utama tasawuf adalah penyucian diri dan tujuan akhirnya adlaah kebahagiaan dan keselamatan abadi.

MAKNA DAN RUANG LINGKUP ILMU KALAM

A.    PENGERTIAN ILMU KALAM
Menurut Syekh Muhammad Abduh, ilmu kalam ialah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat wajib yang ada bagi-Nya, zifat-sifat jaiz yang disifatkan bagi-Nya, dan sifat-sifat yang tidak ada bagi-Nya. Selain itu ilmu kalam juga membahas tentang rasul-rasul Allah untuk menetapkan kebenarannya risalah, apa yang wajib ada pada dirinya, hal-hal jaiz yang dihubungkan kepada diri mereka, dan hal-hal terlarang yang dihubungkan kepada diri mereka.
Ibnu Kaldun menerangkan bahwa ilmu kalam ialah yang berisi alasan-alasan untuk memertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan-bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan salaf dan ahli sunnah.

DALAM DUNIA KEILMUAN, ILMU KALAM MEMILIKI BANYAK SEBUTAN. BERIKUT ADALAH BEBERAPA SEBUTAN ILMU KALAM:

1.         ILMU TAUHID
Dinamakan ilmu tauhid karena membahas tentang Allah. Pembahasan ini meliputi sifat-sifat wajib yang ada bagi-Nya, sifat-sifat yang boleh disisfatkan bagi-Nya, dan sifat-sifat yang sama sekali tidak wajib ada bagi-Nya. Selain itu pembahasannya membicarakan tentang rasul-rasul Allah untuk menetapkan kerasulan mereka, hal-hal yang wajib pada diri mereka, hal-hal yang dikaitkan kepada mereka, dan hal-hal terlarang yang berkaitan dengan mereka. Tujuan ilmu tauhid adalah untuk memantapkan keyakinan, kepercayaan, dan kemampuan hati yang didasarkan wahyu Allah SWT.
2.         ILMU USHULUDDIN
Pokok-Pokok Kepercayaan terpenting yang menjadi pembahasannya adalah ketauhidan, kenabian, dan kepercayaan pada akhirat. Tujuan ilmu ushuluddin adalah untuk memurnikan keesaan Allah.
 3.         ILMU AKIDAH
Pokok pembahasan ilmu ini adalah kepercayaan dalam Islam. Akidah merupakan aspek fundamental dalam Islam yang berhubungan denga keimanan dan kepercayaan terhadap hal-hal gaib.

B.     RUANG LINGKUP KAJIAN ILMU KALAM

BERIKUT MERUPAKAN RUANG LINGKUP KAJIAN ILMU KALAM:
1.         AKAL DAN WAHYU
Para mutakallimin membahas kedudukan akal sebagai daya berpikir yang terdapat dalam diri manusia. Pembahasan para mutakallimin seputar akal adalah apakah akal dapat mengetahui Allah, mengetahui baik dan buruk, dan kewajiban melakukan yang baik serta menjauhi yang buruk.
Wahyu merupakan kebenaran langsung yang datangnya dari Allah SWT. Meskipun dapat mengetahui Allah, tetapi akal tidak sangguo mengathui sifat-sifat Allah dan cara terbaik untuk beribadah kepada-Nya. Dalam hal ini wahyulah yang menjelaskan kepada akal cara beribadah, berterimakasih, dan bersyukur kepada Allah SWT.
2.         KEESAAN ALLAH
Menurut al-Farabi, Allah itu satu, bersifat Mahasatu, tidak berubah dan jauh dari materi. Allah, menurut al-Farabi adalah esa karena yang keluar dari-Nya adalah hanya satu wujud. Selain itu, Allah adalah akal pikiran yang bukan berupa benda karena Allah mengetahui dan memikirkan zat-Nya.
3.         WUJUD ALLAH
Bagi seorang mukmin, perasaan batin atau fitrah adlaah dalil yang pertama atas wujud Allah. Para ahli pengetahuan baru merasa puasmengetahui atau memahami wujud Allah dengan dalil-dalil ilmiah, yaitu dalail kejadian, dalil gerak, dan dalil penciptaan.
4.         ZAT ALLAH
Zat Allah lebih besar dari apa yang dikuasai dan terjangkau oleh pikiran manusia. Allah menguasai segala batas dan yang membatasi akal manusia karena akal pikiran manusia tidak akan pernah mampu mengetahui zat Allah.
5.         SIFAT-SIFAT ALLAH
Akal manusia tidak akan mampu megetahui hakikat sifat-sifat Allah. Misalnya, yad (u) Allah atau tangan Allah, bi a’yunina atau dengan mata-mata Kami, qabdatuh atau genggaman-Nya, dan wahju rabbika atau wajah Tuhanmu.
6.         KEADILAN ALLAH
Keadilan Allah tergantung kepada manusia dalam memahami kekuasaan mutlak Allah SWT.
7.         QADA DAN QADAR
Semua manusia tidak akan dapat mengetahui qada dan qadar Allah karena semua yang terjadi di alam ini adalah rahasia Allah SWT.

ALIRAN-ALIRAN DALAM ILMU KALAM

A.    Aliran Syiah
Syiah adalah ssalah satu aliran dalam Islam yang meyakini Ali bin Abi Thalib dan keturunannya sebagai pemimpin Islam setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Lhirnya golongan ini adalah setelah gagalnya perundingan antara Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah bin Abu Sufyan saat perang Siffin. Perundingan ini diakhiri dengan tahkim atau arbitrasi. Akibat kegagalan itu, sejumlah pasukan Ali memberontak terhadap kepemimpinannya dan keuar dari pasukan Ali. Mereka ini disebut golongan Khawarij atau orang-orang yang keluar, sedangkan sebagian besar pasukan yang setia kepada Ali disebut Syiah atau pengikut Ali.
Beberapa sekte aliran Syiah, iantaranya adalah sebgai berikut:
1.         Sekte Kaisaniyah
Kaisiniyah adalah sekte Syiah yang memercayai Muhammad bin Hanifah sebagai pemimpin setelah Husein bin Ali wafat. Namun Kaisaniyah diambil dari nama seorang bekas budak Ali yang bernama Kaisan. Mekipun sekte Kaisaniyah telah musnah, tetapi kebesaran dan kehebatan nama Muhammad bin Hanifah masih dapat  dijumpai dalam cerita-cerita rakyat. Misalnya, hikayat Melayu yang terkenal dengan nama Hikayat Muhammad Hanifah. Hikayat ini telah dikenal di Malaka sejak abad ke-15 M.
2.         Sekte Zaidiyah
Sekte ini memercayai kepemimpinn Zaid bin Ali Husein Zainal Abidin sebagai epmimpi setelah Husein bin Ali wafat. Dalam Syiah Zaidiyah, seseorang dapat diangkat sebagai imam apabila memenuhi lima kriteria. Kelima kriteria itu adalah keturunan Fattimah binti Muhammad SAW, berpengetahuan luas tentang agama, hiduppnya hanya untuk beribadah, berjihad di jalan Allah dengan mengangkat senjata, dan berani. Selain itu, sekte ini mengakui kekhalifahan Abu Bakar dan Umar bin Khattab.
3.         Sekte Imamiyah
Sekte ini dalah golongan yang meyakinni bahwa Nabi Muhammad SAW, telah menunjuk Ali bin Abi Thalib menjadi pemimpin atau imam sebagai pengganti beliau dengan petunjuk yang jelas dan egas. Oleh karena itu, sekte ini tidak mengakui kepemimpinan bu Bakar, Umar dan Usman. Sekte Imamiyah pecah menjadi beberapa golongan. Yang terbesar adalah golongan Isna Asy’ariyah atau Syiah. Dua belas, Golongan kedua terbesar adalah golongan Ismailiyah.
B.     Aliran Khawarij
Khawarij berarti orang-orang yang keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib. Golongan ini menganggap diri mereka sebagai orang-orang yang keluar dari rumah dan semata-mata untuk berjuang di jalan Allah. Alasan mendasar yang membuat golongan ini keluar dari barisan Ali adalah ketidaksetujuan mereka terhadap arbitrasi atau tahkim yang dijalankan Ali dalam menyelesaikan masalah dengan Mu’awiyah.
Menurut keyakinan golongan Khawarij, semua masalah antara Ali dan Mu’awiyah harus diselesaikan dengan merujuk kepada hukum-hukum Allah yang tertuang dalah Surah al-Ma’idah ayat 44 yang artinya, “Barangsiapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah, maka merkea itulah orang-orang kafir.” Berdasarkan ayat ini, Ali, Mu’awiyah dan orang-orang yang menyetujui tahkim telah menjadi kafir karena mereka dalam memutuskan perkara tidak merujuk Al-Qur’an.
C.    Aliran Murji’ah
Aliran ini disebut Murji’ah karena dalam prinsipnya mereka menunda persoalan konflik antara Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abu Sufyan, dan kaum Khawarij pada hari perhitungan kelak. Oleh karena itu, mereka tidak ingin mengeluarkan pendapat tentang siapa yang benar dan siapa yang kafir di antara ketiga kelompok yang bertikai itu. Saat itu terjadi perdebatan mengenai hukum orang yang berdosa besar. Kaum Murji’ah berpendapat bahwa orang yang berdosa besar tidak dapat kafir selama ia tetap mengakui Allah sebagai Tuhannya dan nabi Muhammad SAW sebagai rasul. Pendapat ini merupakan lawan dari pendapat kaum Khawarij yang menyatakan bahwa orang Islam yang berdosa besar hukumnya kafir.
D.    Aliran Qadariyah
Nama Qadariyah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudrah atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya dan bukan bebrasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Allah. Aliran ini mempunyai mempunyai pendapat bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatan baik ataupun jahat, manusia diciptakan Allah mempunyai kebebasan untuk mengatur jalan hidupnya tanpa campur tangan Allah. Oleh karena itu, jika manusia diberi ganjaran yang baik berupa surga atau disiksa di neraka semua itu adalah pilihan mereka sendiri.
E.     Aliran Jabariyah
Nama Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa. Menurut al-Syahrastani jabariyah berarti menghilangkan perbuatan dari hamba secara hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebut kepada Allah SWT. Aliran ini mengajarkan paham bahwa manusia dalam melakukan perbuatannya berada dalam keadaan terpaksa. Manusia dianggap tidak mempunyai kebebasan dan kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya. Semua terikat pada kehendak Allah SWT.
F.     Aliran Muktazilah
Aliran ini muncul sebagai reaksi atas pertentangan antara aliran Khawarij dan aliran Murji’ah mengenai persoalan orang mukmin yang berdosa besar. Menghadapi dua pendapat ini, Wasil bin Ata yang kala itu murid dari Hasan al-Basri mengeluarkan pendapat bahwa orang mukmin yang berdosa besar menempati posisi antara mukmin dan kafir. Tegasnya orang itu bukan mukmin dan kafir.
G.    Aliran Asy’ariyah
Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap paham Mu’tazilah yang dianggap menyeleweng dan menyesatkan umat Islam. Dinamakan aliran Asy’ariyah karena dinisbahkan kepada pendirinya yaitu Abu Hasan al-Asy’ari. Setelah keluar dari kelompok Mu’tazilah, al-Asyari merumuskan pokok-pokok ajarannya yang berjumlah tujuh pokok. Berikut ini adalah ketujuh pokok ajaran aliran Asy’ariyah:
1)        Tentang Sifat Allah
Menurut aliran ini, Allah mempunyai sifat seperti al-‘ilm (mengetahui), al-qudrah (kuasa), al-hay-ah (hidup), as-sama’ (mendengar) dan al-basar (melihat).
2)        Tentang Kedudukan Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah firman Allah dan bukan makhluk dalam arti baru dan diciptakan. Dengan demikian Al-Qur’an berssifat qadim (tidak baru).
3)        Tentang Melihat Allah Di Akhirat
Allah dapat dilihat di akhirat dengan mata kepala karena Allah mempunyai wujud.
4)        Tentang Perbuatan Manusia
Perbuatan-perbuatan manusia itu diciptakan oleh Allah.
5)        Tentang Antropomorfisme
Menurut aliran ini Allah memiliki mata, muka dan tangan. Sebagaimana disebutkan dalam Surah al-Qamar ayat 14 dan Q.S ar-Rahman ayat 27. Akan tetapi bagaimana bentuknya tidak dapat diketahui.
6)        Tentang Dosa Besar
Orang mukmin yang berdosa besar tetap dianggap mukmin selama ia masih beriman kepada Allah dan Rasulnya.
7)        Tentang Keadilan Allah
Allah adalah pencipta seluruh alam. Dia memiliki kehendak mutlak atas ciptaan-Nya.


Sumber : Buku Akidah Akhlak




1 komentar:

  1. Stainless Steel Magnets - titanium arts
    Ironing the Stainless Steel titanium metal trim Magnets 바카라 사이트 (4-Pack). Made poormansguidetocasinogambling in Germany. The Titanium Arts Stainless Steel herzamanindir.com/ Magnets are an alloy made of steel in stainless งานออนไลน์ steel

    BalasHapus