Jumat, 29 Mei 2015

ROSUL-ROSUL ULUL AZMI DAN MUKJIZATNYA



Rasul-rasul Ulul Azmi dan Mu’jizatnya

Ulul Azmi artinya seorang Rasul Allah yang memiliki ketabahan hati yang luar biasa. Dari 25 Rasul Allah yang meraih derajat Rasul Ulul Azmi ada lima.
Rasul-rasul yang meraih derajat Ulul Azmi tersebut yaitu:
  1. Nabi Nuh AS
  2. Nabi Ibrahim AS
  3. Nabi Musa AS
  4. Nabi Isa AS
  5. Nabi Muhammad AS
Mu’jizat Nabi-nabi Ulul Azmi
Yang dimaksud dengan Rasul Ulul Azmi adalah  para Rasul yang mempunyai keistimewaan atau kelebihan, serta tabah dalam menghadapi cobaan.
Mu’jizat adalah semacam kejadian atau kepandaian yang luar biasa pada diri seorang Nabi atau Rasul, yang datangnya dari Allah SWT.
  1. Mu’jizat Nabi Nuh AS
Kemampuan membuat perahu
Ketika perahu Nabi Nuh dibakar oleh umatnya tidak bisa terbakar
Dengan perahu itu pula, Nabi Nuh dan pengikutnya diselamatkan oleh Allah dari bencana banjir
  1. Mu’jizat Nabi Ibrahim AS
Ketika masih bayi ibu jarinya bisa mengeluarkan madu
Peristiwa penyembelihan Ismail, yang kemudian digantikan gibas (domba)
Ketika dibakar oleh Raja Namrud, tidak terbakar.
  1. Mu’jizat Nabi Musa AS
Tongkat yang dimilikinya bisa berubah menjadi ular yang besar, sehingga bisa mengalahkan ular ciptaan tukang sihir Raja Fir’aun
Dengan tongkat itu pula Nabi Musa bisa membelah lautan, ketika Nabi Musa dan pengikutnya di kejar-kejar oleh Fir’aun dan tentaranya.
Ketika pengikut Nabi Musa kehausan, tongkat beliau dipukulkan ke batu, kemudian memancar- kan air untuk di minum.
  1. Mu’jizat Nabi Isa AS
Bisa berbicara ketika masih bayi
Menjadikan burung dari tanah
Dapat menyembuhkan penyakit-penyakit yang sulit disembuhkan, seperti lepra, buta dan lain-lain
Dapat menghidupkan orang yang sudah meninggal atas ijin Allah.
  1. Mu’jizat Nabi Muhammad SAW
Dengan menunjukkan telunjukknya, beliau bisa membelah bulan dan merapatkannya kembali
Ketika umatnya kekurangan air, dari sela-sela jari beliau dapat mengeluarkan air yang cukup untuk di minum dan untuk berwudlu oleh banyak orang
Peristiwa Isra’ Mi’raj, jakni diperjalankannya Nabi Muhammad dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, kemudian naik ke Sidratul Muntaha
Al-Qur’an merupakan mu’jizat yang paling besar bagi Nabi Muhammad SAW. Karena Al-Quran sangat universal di sepanjang zaman, yang memuat berbagai hal yang menyangkut kehidupan seluruh makhluq, baik di dunia maupun di akhirat, juga berbagai macam ilmu pengetahuan.


ADAB MENJENGUK ORANG SAKIT



ADAB MENJENGUK ORANG SAKIT

Diantara sekian banyak amal shaleh yang ditekankan oleh syari'at kita serta dijanjikan bagi para pelakunya dengan ganjaran yang besar ialah menjenguk orang sakit. Yang paling jelas adalah sebuah sabda Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam sebagaimana diriwayatkan oleh sahabat Bara' bin Azib radhiyallahu 'anhu, beliau mengatakan:
« أَمَرَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَبْعٍ وَنَهَانَا عَنْ سَبْعٍ أَمَرَنَا بِاتِّبَاعِ الْجَنَائِزِ وَعِيَادَةِ الْمَرِيضِ وَإِجَابَةِ الدَّاعِي وَنَصْرِ الْمَظْلُومِ وَإِبْرَارِ الْقَسَمِ وَرَدِّ السَّلَامِ وَتَشْمِيتِ الْعَاطِسِ » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh kami untuk mengerjakan tujuh perkara: 'Beliau memerintahkan kami supaya mengiringi jenazah, menjenguk orang sakit, memenuhi undangan, menolong orang yang terdhalimi, membantu melepas (kafarah) sumpah, menjawab salam dan mendo'akan orang yang bersin". HR Bukhari no: 1239. Muslim no: 2066.

Adab bagi yang menjenguk:
Sunah yang dianjurkan bagi orang yang sedang menjenguk ialah mendo'akan orang yang sedang sakit dengan rahmat dan ampunan, penghapus dosa, keselamatan dan kesembuhan. Salah satu do'a beliau ialah seperti yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari sahabat Aisyah radhiyallahu 'anha, beliau menceritakan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَذْهِبِ الْبَاسَ رَبَّ النَّاسِ وَاشْفِ أَنْتَ الشَّافِى لاَ شِفَاءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Adalah kebiasaan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam apabila datang pada orang yang sedang sakit beliau mendo'akan orang tersebut dengan do'a: "Hilangkanlah sakit, wahai Rabb manusia. Sembuhkanlah, Engkau adalah Maha Penyembuh, tidak ada kesembuhan melainkan kesembuhan -Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit". HR Bukhari no: 5675. Muslim no: 2191.

Dalam menjenguk orang sakit ada beberapa pelajaran yang bisa kita raih diantaranya:

Pertama: Pahala yang besar dari Allah azza wa jalla, sebagaimana telah lewat penjelasannya dalam hadits-hadits terdahulu.
Kedua: Akan menguatkan kondisi si sakit dikarenakan dikunjungi oleh orang yang dicintainya.
Ketiga: Mendo'akan pada orang yang sakit. Atau merasa kehilangan kabar tentangnya sehingga hal tersebut tidak mungkin bisa diketahui kecuali bila dirinya datang menjenguknya.
Keempat: Mengingatkan bagi pengunjung akan nikmat Allah Shubhanahu wa ta’alla yang sangat besar padanya yaitu nikmat sehat, dimana hal tersebut tidak diperoleh sama saudaranya.
Kelima: Mengajak untuk masuk ke dalam Islam jika yang dijenguknya adalah non muslim.
Keenam: Terkadang dirinya bisa menyarankan bagi si sakit untuk mengkonsumsi obat tertentu yang telah ia ketahui, sehingga hal tersebut memberi manfaat untuknya dan dirinya.
Ketujuh: Memasukan rasa senang pada hati orang yang sedang sakit dengan menyebutkan kabar gembira padanya.
Kedelapan: Akan menumbuhkan rasa saling menyayangi, mencintai serta mengasihi dilingkungan muslim. Yaitu dengan cara memotivasi orang yang sedang sakit sehingga dirinya serta keluarganya merasa tidak sendirian merasakan musibah yang sedang dideritanya, bersama-sama merasakan beban dan musibahnya.

PENGERTIAN TAUBAT DAN RAJA'



Pengertian Taubat dan Raja’




1.     Pengertian Taubat

Taubat berasal dari bahasa Arab yang artinya kembali. Menurut istilah, taubat adalah kembali dari perbuatan dosa dan salah kepada perbuatan yang terpuji. Adapun secara terminologis, Imam an-Nawawi mengatakan, taubat adalah raja’a ‘an al-itsmi (kembali dari dosa) (Syarah Shahih Muslim, XVII/59). Dengan kata lain, taubat adalah kembali dari meninggalkan segala perbuatan tercela (dosa) untuk melakukan perbuatan yang terpuji (‘Atha, 1993).
Taubat tersebut adalah suatu keniscayaan bagi manusia, sebab tidak satu pun anak keturunan Adam AS di dunia ini yang tidak luput dari berbuat dosa. Semua manusia, pasti pernah melakukan berdosa. Hanya para nabi dan malaikat saja yang luput dari dosa dan maksiyat. Manusia yang baik bukan orang yang tidak berdosa, melainkan manusia yang jika berdosa dia melakukan taubat.


2.     Pengertian Raja’

Pengertian raja’ secara bahasa, berasal dari bahasa arab, yaitu “rojaun” yang berarti harapan atau berharap. Raja’ adalah perasaan hati yang senang karena menanti sesuatu yang diinginkan dan disenangi. Secara terminologi, raja’ diartikan sebagai suatu sikap mental optimis dalam memperoleh karunia dan nikmat Ilahi yang disediakan bagi hamba-hambaNya yang shaleh.
Imam Qusyairy memberikan pengertian raja’ sebagai keterpautan hati kepada sesuatu yang diinginkannya terjadi di masa yang akan datang. Sebagaimana halnya khauf berkaitan dengan apa yang akan terjadi di masa datang.
Raja’ termasuk akhlakul karimah terhadap Allah SWT, yang manfaatnya dapat mempertebal iman dan mendekatkan diri kapada Allah SWT. Muslim yang mengharapkan ampunan Allah, berarti ia mengakui bahwa Allah itu maha Pengampun. Muslim yang mengharapkan agar Allah melimpahkan kebahagiaan di dunia dan akhirat, berarti ia meyakini bahwa Allah itu maha Pengasih dan Maha Penyayang.

MENGHINDARI AKHLAK TERCELA LICIK, TAMAK, ZALIM DAN DISKRIMINASI



MENGHINDARI AKHLAK TERCELA LICIK, TAMAK, ZALIM DAN DISKRIMINASI

Mencelakakan orang lain adalah ciri perbuatan licik Ada dua sifat yang dimiliki manusia sejak menginjak dewasa. Dua sifat itu adalah sifat terpuji dan tercela. jika ingin menjadi orang baik, sudah sepantasnya kita memiliki sifat terpuji. Memiliki sifat terpuji akan disayang Allah Swt. dan menjadi ahli surga. Sebaliknya,  sifat tercela harus dijauhi karena dapat menjerumuskan kita pada perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia akan selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Hal itu disebabkan kedudukan manusia sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan. Dalam pergaulan, terdapat etika yang harus dipenuhi supaya pergaulan dapat berjalan dengan baik tanpa adanya permasalahan. Agama Islam mengajarkan kepada manusia untuk bertata krama dan menjauhi sikap-sikap yang tercela. Apabila manusia dapat menjalankan tuntutan itu, niscaya kehidupan masyarakat akan berjalan dengan baik.
Selanjutnya Anda pelajari uraian berikut ini dan Anda kembangkan dengan mencari materi tambahan dari sumber belajar lainnya
1.      Licik
a.       Pengertian Licik
Licik merupakan salah satu sifat negatif yang sangat membahayakan bagi diri sendiri maupun orang lain.  Licik berarti banyak akal yang buruk, pandai menipu, culas, curang, dan licin.
b.      Ciri-Ciri Orang Licik
Sikap licik sangat berbahaya, sehingga jangan sampai sifat tersebut ada pada diri kita dan kita juga harus waspada terhadap orang yang bersifat licik. Berikut ini ciri-ciri sifat licik:
-          Tidak suka melihat orang lain bahagia.
-          Bahagia melihat orang lain menderita.
-          Berpikir Untuk Mencelakakan Orang Lain.
-          Ingin Serba Jalan Pintas.
-          Pandai menipu, untuk memuluskan siasatnya yang licin, orang yang licik akan suka menipu dan berbohong serta bersilat lidah.
c.       Bahaya Sifat Buruk Bagi Orang Lain
1.      Seringkali kita jumpai orang yang sikut sana-sikut sini untuk mencapai tujuannya. Demi memuaskan hawa nafsunya ia tidak segan-segan berbuat licik. Padahal keinginan bisa terwujud tanpa harus berbuat licik. Bagaimana pun licik adalah sikap yang tidak disukai oleh manusia manapun.
                                             
2.      Licik membuat seseorang menjadi serakah. Orang yang licik nafsunya tidak pernah ada ujungnya. Ia berbuat seperti orang haus yang meminum air laut, Makin diminum makin haus.
3.      Orang yang licik inginnya menjadi nomor satu, tidak peduli dengan kemampuannya yang tidak seberapa. Ia akan berusaha menyingkirkan orang yang bisa menghalangi ambisinya.
d.      Bahaya orang licik Bagi Diri Sendiri
-          Batinnya selalu resah dan gelisah. Hatinya tidak akan tenang.
-          Hidupnya tidak berkah. Jika ia menafkahi keluarga dengan jalan licik lalu anak diberi makan yang tidak halal, maka akan menjadi daging
-          Hidupnya penuh dengan tnah. Orang yang licik hidupnya penuh dengan cobaan.
-          Dimanapun ia berada selalu mengalami cobaan. Fitnah akan datang dikala orang melihat apa yang ia dapat tidak dengan cara yang wajar.
-          Ia penuh dengan dosa, Karena berbuat licik tidak akan diridhoi Allah Swt. dan dikutuk orang-orang.
-          Akhir hidupnya Su’ul Khotimah
2.      Tamak dan Serakah
a.       Pengertian
Dalam bahasa Arab, serakah disebut tamak yang artinya sikap tak pernah merasa puas dengan yang sudah dicapai. Menurut istilah tamak adalah cinta kepada dunia (harta) terlalu berlebihan tanpa memperhatikan hukum haram yang mengakibatkan adanya dosa besar. Karena ketidakpuasannya itu, segala cara pun ditempuh. Serakah adalah salah satu dari penyakit hati. Mereka selalu menginginkan lebih banyak, tidak peduli apakah cara yang ditempuh itu dibenarkan oleh syariah atau tidak, tidak berpikir apakah harus mengorbankan kehormatan orang lain atau tidak. Yang penting, apa yang menjadi kebutuhan nafsu syahwatnya terpenuhi. Sikap serakah dilarang oleh Allah Swt.
b.      Ciri-Ciri Tamak
1.      Tidak mensyukuri nikmat yang telah dimiliki
2.      Selalu merasa kurang padahal ia telah banyak mendapat nikmat
3.      Ingin memiliki sesuatu yang dimiliki orang lain
4.      Panjang angan-angan yaitu suka menghayal dan tidak realistis
5.      Kikir, ia tidak mau hartanya berkurang sedikitpun
6.      Kurang menghargai pemberian orang lain jika tidak sesuai keinginan
7.      Terlalu mencintai harta yang dimiliki.
8.      Terlalu semangat mencari harta tanpa memperhatikan waktu dan kondisi tubuh.
9.      Semua perbuatannya selalu bertendensi pada materi
c.       Bahaya Tamak
1.      Orang yang tamak selalu merasa kurang dan tidak pandai bersyukur
2.      Sifat tamak dapat menimbulkan rasa dengki, hasul dan permusuhan
3.      Sifat tamak akan membutakan orang sehingga menghalalkan segala cara dalam meraih tujuannya.
4.      Sifat tamak akan menjauhkan seseorang daria Allah Swt.
5.      Sifat tamak membuat orang menjadi bakhil, karena takut hartanya berkurang
d.      Cara Menghindari Tamak
1.      Mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan
2.      Membiasakan diri dengan sifat ikhlas dan rendah diri
3.      Membiasakan diri dengan sifat pemurah dan jujur
4.      Membiasakan hidup sederhana, hemat, qana’ah dan zuhud
5.      Meminta pertolongan kepada Allah agar dijauhkan dari sifat serakah
6.      Menghindari sifat iri jika melihat orang lain banyak harta
7.      Sadar bahwa meteri hanya hiasan hidup dan perantara menuju akhirat
3.      Zalim
a.       Pengertian Aniaya / Zalim
Menurut bahasa kata aniaya sama dengan kata zalim yang artinya sewenang-wenang atau tidak adil. Seorang yang beriman kepada Allah dan memegang teguh prinsip keadilan, kesamaan derajat, tidak akan berbuat aniaya. Sebab ia sadar, bahwa kezaliman itu merupakan kegelapan yang akan menutup rapat hati orang yang melakukannya, sebagaimana diterangkan oleh Nabi Muhammad Saw di dalam hadis : “Jauhilah dan takutlah kamu berbuat zalim, sebab sesungguhnya kezaliman itu merupakan kegelapan di hari kiamat.” (HR Bukhari dan Muslim)
Lebih tegas lagi Nabi Muhammad saw menyatakan haramnya berbuat aniaya (berlaku zalim) dan harus dijauhi, karena ini adalah perintah Allah Swt. dan tidak perlu ditakwilkan dipikir lebih dalam lagi.  Allah berrman:

Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh Maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabbmu Menganiaya hamba-hambaNya. (QS.Fushshilat [41] : 46)
Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa tidak mungkin  Allah melakukan kezaliman atau aniaya kepada hamba-Nya. Allah adalah Maha Adil dan Maha Bijaksana. Karena itu keadilan  Allah itu harus diikuti oleh manusia dengan berlaku adil terhadap yang lain. Janganlah sekali-kali manusia itu berlaku zalim atau aniaya kepada yang lain. Karena itu sangat dibenci oleh Allah Swt.
b.      Contoh Perilaku Aniaya
Perilaku aniaya walaupun dilarang, tetapi masih saja kita melihat di tengah masyarakat adanya perilaku aniaya itu. Ini terjadi karena fondasi keimanan seseorang tidak dibina dan dijaga dengan baik. Di samping itu, perilaku aniaya bisa muncul karena ketidakmampuan diri menjauh dari godaan setan.
Perilaku aniaya dapat dicontohkan sebagai berikut:
1.      Aniaya (zalim) terhadap diri sendiri. Zalim terhadap sendiri misalnya; sering melakukan perbuatan dosa, berzina, meminum-minuman keras, malas belajar, meninggalkan solat, dan sebagainya.
2.      Aniaya (zalim) terhadap orang lain. Zalim terhadap orang lain misalnya; merusak lingkungan, mengganggu ketenangan orang lain, mengambil harta secara batil (merampok, mencuri, menipu) dan sebagainya.
3.      Aniaya (zalim) terhadap Allah Swt. Zalim terhadap Allah Swt. misalnya; kufur, syirik (menyekutukan  Allah), ingkar dan sebagainya.
c.       Akibat Negatif Perbuatan Aniaya.
Aniaya akan mendatangkan akibat buruk bagi kehidupan, baik pribadi maupun masyarakat. Karena itu, aniaya adalah perbuatan yang harus kita hindari.
-          Merusak persatuan dan persaudaraan.
-          Merusak tatanan hidup di masyarakat.
-          Menghilangkan akhlak atau sifat yang baik.
-          Merugikan orang lain.
-          Menghilangkan pahala amal perbuatan.
d.      Hikmah Menghindari Aniaya
Melihat akibat negatif yang begitu besar dari perilaku aniaya, maka perilaku tersebut harus dihindari dengan sekuat-kuatnya. Islam mengajarkan agar pengikitnya melakukan perilaku terpuji. Kuncinya adalah keteguhan kita untuk berpegang kepada ajaran Islam. Sebab dengan menghindari aniaya maka akan memberikan hikmah yang besar antara lain:
1.      Terwujudnya persatuan dan persaudaraan.
2.      Terciptanya tatanan hidup yang baik di masyarakat.
3.      Akan mendatangkan akhlak atau sifat yang baik.
4.      Terciptanya kasih sayang antarsesama.
5.      Akan mendapatkan pahala amal perbuatan.
6.      Orang yang menghindari aniaya akan masuk ke dalam surga.
4.      Diskriminasi
-          Pengertian
Diskriminasi berarti pembedaan perlakuan terhadap sesama berdasarkan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, status sosial dan lain-lain. Seseorang yang melakukan perbuatan diskriminasi berarti memiliki sikap diskriminatif. Kita sering mendengar sikap diskriminatif yang diterapkan dalam beberapa negara yang umumnya mengarah pada politik rasis, yaitu perlakuan yang tidak manusiawi terhadap warga berkulit warna.
Perlakuan semacam ini tentu telah banyak makan korban bahkan mengarah pada perlakuan yang tidak manusiawi  secar sik. Diskriminasi termasuk perilaku atau akhlak tercela sebab sikap ini tidak sejalan dengan ajaran agama Islam yang mengutamakan prinsip:
1.      Persamaan (as-sawa’),
2.      Persaudaraan (ukhuwwah) dan
3.      Tolong menolong (ta’awun)
-          Bentuk dan Contoh Perilaku Diskriminasi
Perilaku diskriminasi dapat dilihat dari praktik kehidupan bermasyarakat. Misalnya; masih ada orang yang menganggap bahwa kemiskinan sebagai sebuah kehinaan, keburukan rupa sebagai sebuah malapetaka. Selain itu, masih ada orang yang melihat bahwa kedudukan atau pangkat yang baik adalah strata yang paling mulia di masyarakat, karena itu tidak jarang ada orang yang gila dengan jabatan. Masih ada yang memandang bahwa kelompoknyalah yang paling hebat, sementara kelompok lain itu rendah. Contoh sikap diskriminatif yang lain mungkin bisa dilihat dalam kehidupan kita sehari-hari.
-          Bahaya Diskriminasi
Dalam kehidupan sehari-hari sifat diskriminatif dapat merugikan orang lain. Islam mengajarkan bahwa semua manusia mempunyai kedudukan yang sama. Islam tidak membedakan manusia atas dasar suku, bangsa, asal keturunan, pangkat, jabatan dan sebagainya. Karena itu, manusia tidak boleh membeda-bedakan orang lain dalam pergaulan sehari-hari. Sikap diskriminatif sangat dilarang oleh  Allah. Sebab perbedaan sosial, suku, golongan dan sebagainya merupakan karunia Allah Swt. dan kita tidak boleh memperlakukan perbedaan dengan bersikap diskriminatif, karena akan berakibat negatif kepada manusia baik secara pribadi, keluarga dan masyarakat seperti berikut ini:
-          Munculnya ketidakadilan di masyarakat.
-          Mudah berlaku sombong.
-          Merasa lebih baik dari yang lain.
-          Diskriminatif akan membawa pelakunya masuk ke dalam neraka.
-          Menghindari Diskriminasi
Ditinjau dari segi apapun sikap diskrimintaif ini tentu tidak bisa dibenarkan. Terlebih lagi ditinjau dari kacamata Islam. Islam merupakan agama yang universal dan menjadi rahmat bagi seluruh manusia tanpa membedakan jenis kulit, suku, marga, golongan dan lain sebagainya. Bahkan Islam menegaskan antar laki-laki dan perempuan di hadapan Allah sama. Yang menentukan kemulian seseorang bukan jenis kelaminnya, suku, bangsa dan status sosialnya tetapi adalah takwanya yang tercermin dalam perilaku kesehariannya Ketika Islam datang praktik perbudakan sedikit-demi sedikit dihilangkan. Semua memiliki derajat yang sama. Suatu bagaimana posisi Bilal bin Rabah di sisi Rasululla, ia adalah sahabat dekat Rasul. Pada kalau dilihat dari asal-usulnya ia adalah bekas budak yang berkulit hitam legam. Tetapi kehadiran Bilal bin Rabah sangat berarti dalam pelaksanaan dakwah Islam. Suaranya yang merdu setiap waktu melantunkan adzan menyeru kaum muslimin untuk melaksanakan shalat. Bahkan Nabi Muhammad sendiri sebagai keturunan Arab menegaskan bahwa tidak ada kemulian bagi bangsa Arab atas non arab. Jelas penerapan sikap diskrimatif tidak bisa dibenarakan dalam semua tingkatan. Dalam suatu keluarga seorang ayah atau ibu tidak boleh bertsikap diskriminatif terhadap anak-anaknya. Di sekolah seorang guru tidak dibenarkan bersikap diskrimatif terhadap muridnya. Di kelas seorang siswa tidak bersikap diskriminatif terhadap temantemannya. Demikian pula di tingkatan yang lebih luas, misalnya dalam sebuah organisasi, pemerintahan dan lain sebagainya, praktik diskriminatif harus dihindari. Melihat akibat negatif yang ditimbulkan sikap diskriminatif tersebut, maka kita harus menghindari tercela tersebut. Dengan menghindari dan berusaha sekuat  tenaga meninggalkan sikap tersebut, maka akan membawa hikmah yang sangat besar seperti:
1.      Terciptanya keadilan di masyarakat.
2.      Orang tidak Mudah berlaku sombong.
3.      Menganggap bahwa orang lain adalah sama dan saudara.
4.      Orang yang menghindari sikap diskriminatif akan membawanya masuk ke dalam surga.