1. Pengertian Ridha
Secara Bahasa
Ridha berasal dari bahas arab. Memiliki arti rela, menerima dg suci hati
Secara
Istilah Ridha berarti menerima dengan senang hati apa yang diberikan
oleh Allah swt baik berupa peraturan, hukum, atau pun qadha.
Ridha terkait tiga hal :
Menurut Al Ghazali Ridha adalah segala keputusan Allah SWT yang merupakan puncak keindahan akhlak (muntaha husnul al khuluq).
Menurut Syeh Abdul Qadir Al-Djaelani ridha merupakan kewajiban hamba kepada Sang Khaliq yang tidak dapat ditolak.
Ridha terkait tiga hal :
- Usaha maksimal yang dicurahkan
- Takdir Allah SWT
- Keputusan orang lain
Menurut Al Ghazali Ridha adalah segala keputusan Allah SWT yang merupakan puncak keindahan akhlak (muntaha husnul al khuluq).
Menurut Syeh Abdul Qadir Al-Djaelani ridha merupakan kewajiban hamba kepada Sang Khaliq yang tidak dapat ditolak.
Perkataan rida berasal dari bahasa
arab, radiya yang artinya senang hati (rela). Rida menurut syariah adalah
menerima dengan senang hati atas segala yang diberikan Allah swt, baik berupa hukum
(peraturan-peraturan) maupun ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya.
Sikap rida harus ditunjukkan, baik ketika menerima nikmat maupun tatkala
ditimpa musibah.
Menurut kamus besar Indonesia, rida diartikan rela, suka,
dan senang hati.sedangkan menurut bahasa adalah ketetapan hati untuk menerima
segala keputusan yang sudah ditetapkan dan ridha merupakan akhir dari semua
keinginan dan harapan yang baik .
Kebanyakan manusia merasa sukar
atau gelisah ketika menerima keadaan yang menimpa dirinya, seperti kemiskinan,
kerugian, kehilangan barang, pangkat, kedudukan, kematian anggota keluarganya,
dan lain-lain, kecuali orang yang mempunyai sifat rida terhadap takdir. Orang
yang memiliki sifat rida tidak mudah bimbang atau kecewa atas pengorbanan yang
dilakukannya. Ia tidak menyesal dengan kehidupan yang diberikan Allah swt dan
tidak iri hati atas kelebihan yang didapat orang lain karena yakin bahwa semua
itu berasal dari Allah swt. Sedangkan kewajibannya adalah berusaha atau
berikhtiar dengan kemampuan yang ada.
Rida terhadap takdir bukan berarti
menyerah atau pasrah tanpa usaha lebih dulu untuk mencari jalan keluarnya. Menyerah
dan berputus asa tidak dibenarkan oleh tatanan hidup dan tidak dibenarkan pula
oleh ajaran Islam. Allah swt. memberikan cobaan atau ujian dalam rangka menguji
keimanan dan ketakwaan hamba-Nya. Firman Allah swt.:
Artinya : “ Dan sungguh akan Kami berikan
cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa
dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
(156) (yaitu) orang-orang yangapabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:
"Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun. Sesungguhnya Kami adalah milik
Allah dan kepada-Nya-lah Kami kembali. kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa
(pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa
marabahaya baik besar maupun kecil. (Q.S. Al Baqarah:155-156).
Sikap ridha dapat ditunjukkan melalui hal-hal sebagai
berikut:
1. Sabar dalam melaksanakan kewajiban hingga selesai dengan sungguh-sungguh usaha atau ikhtiar dan penuh tanggung jawab.
2. Senantiasa mengingat Allah swt.
3. Tidak iri hati atas kekurangan atau kelebihan orang lain
dan tidak ria untuk dikagumi hasil usahanya.
4. Senantiasa bersyukur atau berterima kasih kepada Allah
swt. atas segala nikmat pemberian-Nya.
5. Tetap beramal saleh (berbuat baik) kepada sesama sesuai
dengan keadaan dan kemampuan, seperti aktif dalam kegiatan social, kerja bakti,
dan membantu orangtua di rumah dalam menyelesaikan pekerjaan mereka.
6. Menunjukkan kerelaan atau rida terhadap diri sendiri dan
Tuhannya. Juga rida terhadap kehidupan terhadap takdir yang berbentuk nikmat
maupun musibah, dan terhadap perolehan rezeki atau karunia Allah swt.
Rosulullah SAW bersabda: yang akan merasakan manisnya iman adalah orang yang ridha Allah SWT sebagai Tuhannya,Islam menjadi agamanya, dan Muhammad menjadi Rasulnya.
2. Karakteristik sikap ridha
Apabila
sebagian pendapat para ahli hikmah, rida dikelompokan menjadi tiga tingkatan,
yaitu rida kepada Alloh, rido pada apa yang datang dari Alloh, dan rida pada
qada Alloh.
Rida kepada Allah adalah fardu
ain.Rida pada apa yang datang dari Allah meskipun merupakan sesuatu yang sangat
luhur, hal ini termasuk ubudiah yang sangat mulia.
Sesungguhnya pilihan tuhan untuk hamba-Nya dibagi dua macam yaitu pertama,
ikhtiyar ad-din wa syar’I (pilihan keagamaan dan syariat).kedua, ikhtiyar kauni
kadari (pilihan yang berkenaan dengan alam dan takdir).Takdir yang tidak
dicintai dan diridai Alloh yaitu perbuatan aib dan dosa-dosa.
Macam-macam ridha :
a. Ridha terhadap perintah dan larangan Allah
Artinya
ridha untuk mentaati Allah dan Rasulnya. Pada hakekatnya seseorang yang telah
mengucapkan dua kalimat syahadat, dapat diartikan sebagai pernyataan ridha
terhadap semua nilai dan syari’ah Islam. Perhatikan firman Allah dalam Q.S.
al-Bayyinah (98) ayat 8
Artinya : Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga
'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. Yang
demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.
(Q.S.al-Bayyinah ayat 8 )
Dari ayat
tersebut dapat dihayati, jika kita ridha terhadap perintah Allah maka Allah pun
ridha terhadap kita.
b. Ridha terhadap taqdir Allah.
Mari kita
simak, apa yang dikisahkan berikut ; pada suatu hari Ali bin Abi Thalib r.a.
melihat Ady bin Hatim bermuram durja, maka Ali bertanya ; “Mengapa engkau
tampak bersedih hati ?”. Ady menjawab ; “Bagaimana aku tidak bersedih hati, dua
orang anakku terbunuh dan mataku tercongkel dalam pertempuran”. Ali terdiam
haru, kemudian berkata, “Wahai Ady, barang siapa ridha terhadap taqdir Allah
swt. maka taqdir itu tetap berlaku atasnya dan dia mendapatkan pahalaNya, dan
barang siapa tidak ridha terhadap taqdirNya maka hal itupun tetap berlaku
atasnya, dan terhapus amalnya”.
Ada dua
sikap utama bagi seseorang ketika dia tertimpa sesuatu yang tidak diinginkan
yaitu ridha dan sabar. Ridha merupakan keutamaan yang dianjurkan, sedangkan
sabar adalah keharusan dan kemestian yang perlu dilakukan oleh seorang muslim.
Perbedaan
antara sabar dan ridha adalah sabar merupakan perilaku menahan nafsu dan
mengekangnya dari kebencian, sekalipun menyakitkan dan mengharap akan segera
berlalunya musibah. Sedangkan ridha adalah kelapangan jiwa dalam menerima
taqdir Allah swt. Dan menjadikan ridha sendiri sebagai penawarnya. Sebab
didalam hatinya selalu tertanam sangkaan baik (Husnuzan) terhadap sang Khaliq
bagi orang yang ridha ujian adalah pembangkit semangat untuk semakin dekat
kepada Allah, dan semakin mengasyikkan dirinya untuk bermusyahadah kepada
Allah.
Dalam suatu
kisah Abu Darda’, pernah melayat pada sebuah keluarga, yang salah satu anggota
keluarganya meninggal dunia. Keluarga itu ridha dan tabah serta memuji Allah
swt. Maka Abu Darda’ berkata kepada mereka. “Engkau benar, sesungguhnya Allah
swt. apabila memutuskan suatu perkara, maka dia senang jika taqdirnya itu
diterima dengan rela atau ridha.
Begitu
tingginya keutamaan ridha, hingga ulama salaf mengatakan, tidak akan tampak di
akhirat derajat yang tertinggi daripada orang-orang yang senantiasa ridha
kepada Allah swt. dalam situasi apapun (Hikmah, Republika, Senin 5 Februari
2007, Nomor: 032/Tahun ke 15)
c. Ridha terhadap perintah orang tua.
Ridha
terhadap perintah orang tua merupakan salah satu bentuk ketaatan kita kepada
Allah swt. karena keridhaan Allah tergantung pada keridhaan orang tua, perintah
Allah dalam Q.S. Luqman (31) ayat 14 ;
Artinya
: “ Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan
kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Q.S. Luqman :14)
Bahkan
Rasulullah bersabda : “Keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua, dan
murka Allah tergantung murka orang tua”. Begitulah tingginya nilai ridha orang
tua dalam kehidupan kita, sehingga untuk mendapatkan keridhaan dari Allah,
mempersyaratkan adanya keridhaan orang tua. Ingatlah kisah Juraij, walaupun
beliau ahli ibadah, ia mendapat murka Allah karena ibunya tersinggung ketika ia
tidak menghiraukan panggilan ibunya.
d. Ridha terhadap peraturan dan undang-undang negara
Mentaati
peraturan yang belaku merupakan bagian dari ajaran Islam dan merupakan salah
satu bentuk ketaatan kepada Allah swt. karena dengan demikian akan menjamin
keteraturan dan ketertiban sosial. Mari kita hayati firman Allah dalam Q.S.
an-Nisa (4) ayat 59 berikut :
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.( Q.S. an-Nisa :59)
Ulil Amri
artinya orang-orang yang diberi kewenangan, seperti ulama dan umara (Ulama dan
pemerintah). Ulama dengan fatwa dan nasehatnya sedangkan umara dengan peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku.
Termasuk
dalam ridha terhadap peraturan dan undang-undang negara adalah ridha terhadap
peraturan sekolah, karena dengan sikap demikian, berarti membantu diri sendiri,
orang tua, guru dan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian
mempersiapkan diri menjadi kader bangsa yang tangguh.
3. Nilai Positif Sikap Ridha
- Ridha menciptakan suasana batin yang puas, lega dan bahagia
- Ridha membawa pada ketentraman jiwa dan kesehatan ruhani
- dapat menghilangkan kebencian
- dapat mendorong berfikir positif atau huznudhan
- mendorong untuk beramal sholeh
- menuju ridha Allah SWT dan surga
- mendorong seseorang memahami bahwa apa yang ditakdirkan Allah SWT adalah yang terbaik
4. Membiasakan Sikap Ridha
Konsekuensi ridha kepada Allah harus
mengikuti semua yang diajarkan oleh Rasululloh saw. (ittiba’ ar-Rasul). Apabila
seorang ridha kepada Allah, tentu dia akan selalu berusaha melakukan segala
sesuatu yang diterima dari-Nya dan meninggalkan segala sesuatu yang dibenci-Nya.
CARA MEMBIASAKAN SIKAP RIDHA DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI :
CARA MEMBIASAKAN SIKAP RIDHA DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI :
- Menyadari pentingnya sikap ridha
- Memahamiapa yang ditakdirkan Allah SWT
- Berfikir positif dan berbaik sangka
- selalu optimis terhadap hasil prestasi yang kurang baik dan berusaha untuk memperbaiki
- tidak membenci kegagalan dan kemalangan atau musibah karena dibalik semua itu pasti ada hikmahnya.
Contoh Perilaku Ridha
·
Dalam suatu kisah Abu Darda’, pernah
melayat pada sebuah keluarga, yang salah satu anggota keluarganya meninggal
dunia. Keluarga itu ridha dan tabah serta memuji Allah swt. Maka Abu Darda’
berkata kepada mereka. “Engkau benar, sesungguhnya Allah swt. apabila
memutuskan suatu perkara, maka dia senang jika taqdirnya itu diterima dengan
rela atau ridha.
Begitu tingginya keutamaan ridha,
hingga ulama salaf mengatakan, tidak akan tampak di akhirat derajat yang
tertinggi daripada orang-orang yang senantiasa ridha kepada Allah swt. dalam
situasi apapun.
·
Dalam riwayat dikisahkan
sebagai berikut ; pada suatu hari Ali bin Abi Thalib r.a. melihat Ady bin
Hatim bermuram durja, maka Ali bertanya ; “Mengapa engkau tampak bersedih hati
?”. Ady menjawab ; “Bagaimana aku tidak bersedih hati, dua orang anakku
terbunuh dan mataku tercongkel dalam pertempuran”. Ali terdiam haru, kemudian
berkata, “Wahai Ady, barang siapa ridha terhadap taqdir Allah swt. maka taqdir
itu tetap berlaku atasnya dan dia mendapatkan pahalaNya, dan barang siapa tidak
ridha terhadap taqdirNya maka hal itupun tetap berlaku atasnya, dan terhapus
amalnya”.
Sumber :Buku Akidah Akhlak
Assalamualaikum. Terimakasih untuk penjelasan ridha ini bu.
BalasHapusTapi, apakah saya boleh mengetahui tentang sumber lengkap / daftar pustaka tentang buku akidah akhlak yang terkit?
Terimakasih sebelumnya bu
BAGUS SEKALI
BalasHapus