Sabtu, 08 Maret 2014

KENIKMATAN ORANG YANG MATI SYAHID

        Ingatkah kisah sahabat Rasulullah yang bernama Abdullah Al -Anshari ? Ya, sahabat ini adalah seorang mujahid yang memiliki kisah yang sangat menarik pada perang uhud. Dimana Rasulullah bercerita kepada anak Abdullah Al-Anshari, yaitu Jabir, mengenai kisah percakapan ayahnya dengan Allah.
Rasulullah SAW bersabda kepada Jabir : “Wahai Jabir, tahukah kamu bagaimana Allah memperlakukan ayahmu?”
ini sebuah pertanyaan yang membuat hati penasaran yang diselimuti dengan perasaan gembira, sekaligus sebuah pernyataan yang menyiratkan kabar gembira.
selanjutnya Jabir RA menjawab : “Demi Allah, saya tidak tahu, wahai Rasulullah.”
Maka Rasulullah SAW bersabda : “Demi Dzat yang jiwaku di dalam genggaman-Nya, sungguh Allah telah mengajaknya berbicara tanpa ada penerjemah.”
Allah SWT berfirman, “wahai hamba-Ku, berharaplah kamu.”
Maka dia (Abdullah bin Amr Al-Anshari) berkata, “Wahai Rabbku, saya berharap agar Engkau mengembalikanku ke dunia lalu saya terbunuh lagi untuk kedua kalinya.”
Allah SWT berfirman, “sesungguhnya Aku telah membuat ketentuan kepada diri-Ku bahwa mereka (orang-orang yang sudah meninggal dunia) tidak akan dikembalikan kepadanya (dunia), maka berharaplah (yang lain).”
Dia berkata, “Saya mengharapkan supaya Engkau ridho terhadapku, karena Aku telah ridho terhadap ketentuan-Mu”(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Hakim).
Sungguh luar biasa, Subhanallah, Percakapan yang luar biasa antara seorang hamba dengan kejujuran perasaan cintanya kepada Sang Khalik. Percakapan yang sangat langka sekali. Sungguh Allah SWT telah memillih Sahabat Abdullah bin Amr Al-Anshari, sebagai contoh, sebagai pelajaran, sebagai penyemangat, sebagai penggelora hati, dalam suatu kisah seorang mujahid yang begitu jujur menyatakan kecintaan dan keinganannya akan kesyahidan yang hanya dinanti-nanti oleh orang-orang yang telah dipilih oleh Allah SWT.
Percakapan ini mengisyaratkan kepada kita tentang betapa nikmatnya syahid tersebut, tentang begitu di indahnya berjihad di jalan Allah, tentang kerinduan akan syahid, sehingga membuat orang yang telah merasakan masih ingin merasakannya lagi, masih ingin menikmati dan dan mengarungi perjuangannya yang begitu nikmat dan indah. Allahu Akbar.
Dan saat yang dimintakan itu tidak terpenuhi, maka permintaan yang kedua, adalah suatu harapan yang mencukupi semuanya, yaitu ridho Allah SWT, karena dengan ridho Allah SWT, kita bisa memasuki surga-Nya dan bertemu dengan-Nya. Dan bahwa segala sesuatu yang terjadi itu semua hanya karena ridho Allah SWT.

Mungkin menjadi pertanyaan mengapa Allah SWT tiba-tiba memulai percakapannya dengan pertanyaan apa yang diharapkan. Hal ini berawal dari do’a yang yang dipanjatkan oleh Abdullah Al-Anshari, saat Beliau ke medan perang uhud, dimana beliau telah memakai kain kafan seraya menghadap ke langit dan berdo’a :
“Ya Allah, ambillah darahku pada hari ini, sehingga Engkau ridho kepadaku. Ya Allah, sesungguhnya aku sangat ingin berjumpa dengan-Mu, maka janganlah Engkau tolak perjumpaanku dengan-Mu pada hari ini.”
Allah SWT Maha Mengetahui kejujuran dan keikhlasan hamba-Nya, maka pagi itu juga Allah mengabulkan kesyahidannya.

Subhanallah, Allahu Akbar. apakah kita pernah berdo’a seperti do’anya Abdullah Al-Anshari? Atau yang mirip-mirip dengan do’a tersebut? Sungguh karunia yang luar biasa, tidak ada kata terlambat untuk berdo’a.
Dari kisah tersebut kita dapat mengambil pelajaran dengan memperkuat keimanan kita, ketakwaan kita, dengan banyak beramal sholeh dan menuntut ilmu sebanyak-banyaknya, dengan beribadah sekhusyu’-khusu’nya, dan juga berdo’a seyakin-yakinnya. Karena Allah SWT telah berfirman :

Artinya, ““Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang bedo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”(Al-Baqarah:186). 


Artinya," Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapatkan rizqi," (QS - Ali Imron ayat 169)


         Itulah bukti bahwa orang-orang yang mati di jalan Allah (mati syahid), di alam barzah kelak akan mendapatkan kenikmatan, serta mendapat tempat yang paling mulia.
Kadang kita manusia takut akan datangnya kematian. Banyak jawaban yang disampaikan diantaranya belum banyak ibadah yang dibawa andaikan mati, masih berlumuran dosa, masih meninggalkan anak-anak yang masih kecil, masih ini itulah. Sebagai orang yang beriman kita harus yakin bahwa semua yang bernyawa akan merasakan mati.

Orang Mukmin sejati akan merasakan bahwa dengan mati  dia akan segera bertemu dengan Allah SWT, yang selama ini selalu dirindukan. Bahkan dunia bagi dia seperti penjara, sehingga ketika dia mati maka terbebaslah dia dari penjara-penjara dunia.

Ketika Allah SWT berkehendak mencabut Roh seorang mukmin, maka didatangkanlah malakul maut dari berbagai sisi yaitu :

1. Mulut
Dari arah mulutnya untuk di cabut rohnya. Dzikir keluar sambil berkata tiada jalan bagimu dari arah ini sebab dzikir kepada Allah melintasi mulutnya
2. Tangan
Tangan juga sama menolak untuk dilewati keluarnya roh sambil berkata," Tangan ini ketika hidup selalu digunakan untuk beribadah kepada Allah, untuk bershodaqoh, untuk menyayangi anak yatim piatu, untuk      menulis kitab, untuk mencari nafkah untuk keluarga.
3. Kaki
Kaki juga sama menolak untuk dilewati keluarnya roh sambil berkata ,"selama hidup kaki selalu digunakan  untuk berjalan sholat jamaah, jumat, majlis-majlis ilmu dan dzikir kepada Allah.
4.Telinga
Telinga juga sama menolak untuk dilewati keluarnya roh, sambil berkata ,"selama ini selalu digunakan untuk    mendengarkan bacaan Alquran, dzikir.
5 Mata
Mata juga sama menolak untuk dilewati keluarnya roh sambil berkata," selama hidupnya selalu digunakan  untuk melihat mushaf, membaca, meneliti.

 Akhirnya malakul maut menyerah dan mengadu kepada Allah. Jawab Allah," Tulislah namaKU pada telapak tanganmu dan perlihatkan pada rohnya, pasti ia akan keluar melewati mulutnya bekat kecintaannya kepada Allah SWT.

Wallahu a'lam bisshowab.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar