1. Pengertian Tauhid
Menurut
bahasa kata tauhid berasal dari bahasa Arab tauhid bentuk masdar (infinitif)
dari kata wahhada, yang artinya al-i’tiqaadu biwahdaniyyatillah (keyakinan atas
keesaan Allah). Sedangkan pengertian secara istilah tauhid ialah meyakini bahwa
Allah Swt. itu Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Kesaksian ini dirumuskan
dalam kalimat syahadat. Laailahailla Allah (tidak ada Tuhan selain
Allah).Tauhid artinya mengesakan Allah. Esa berarti Satu. Allah tidak boleh
dihitung dengan satu, dua atau seterusnya, karena kepada-Nya tidak layak
dikaitkan dengan bilangan. Beberapa ayat al-Qur’an telah dengan jelas
mengatakan keesaan Allah. Di antaranya surah al-Ikhlas ayat 1-4 sebagai
berikut:
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah
Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada
beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. dan tidak ada
seorangpun yang setara dengan Dia." (Q.S. al-Ikhlas [112]:1-4)
Dari
ayat di atas dapat ditangkap penjelasan bahwa Allah itu Maha Esa. Keesaan Allah
Swt. itu menurut M. Quraish Shihab mencakup keesaan Zat, keesaan Sifat, keesaan
Perbuatan, serta keesaan dalam beribadah kepada Nya.Keesaan Zat mengandung
pengertian bahwa seseorang harus percaya bahwa Allah Swt. tidak terdiri dari
unsur-unsur, atau bagian-bagian. Karena, bila Zat Yang Maha Kuasa itu terdiri
dari dua unsur atau lebih—betapapun kecilnya unsur atau bagian itu—maka ini
berarti Dia membutuhkan unsur atau bagian itu, atau dengan kata lain, unsur
atau bagian ini merupakan syarat bagi wujud-Nya.
Ilmu
tauhid adalah ilmu yang membahas tentang Allah Swt. sifat-sifat yang wajib
pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan sifat-sifat yang
sama sekali harus ditiadakan daripada-Nya, serta tentang rasul-rasul Allah Swt.
untuk menetapkan kerasulan mereka, hal-hal yang wajib ada pada diri mereka,
hal-hal yang boleh(dinisbahkan) kepada mereka, dan hal-hal terlarang
mengaitkannya kepada mereka.
2. Nama-Nama Ilmu Tauhid
Ilmu tauhid
memiliki beberapa sebutan lain seperti berikut:
a. Ilmu
Ushuluddin
Kata
ushuluddin terdiri dari dua kata yaitu ushul yang berarti pokok atau pangkal
dan din yang berarti agama. Jadi ilmu ushuluddin adalah ilmu tentang
pokok-pokok agama. Ilmu tauhid sering disebut juga dengan ilmu ushuluddin
(pokok-pokok atau dasar-dasar agama) karena ilmu itu menguraikan pokok-pokok
atau dasar-dasar agama.
b. Ilmu
Aqaid
Ilmu
tauhid sering juga disebut ilmu aqaid (keyakinan), karena ilmu tersebut
membahas masalah-masalah yang berhubungan dengan keyakinan.
a. Ilmu
Kalam
Kata
kalam berarti perkataan atau kata-kata yang tersusun yang menunjukkan suatu
maksud pengertian. Kata kalam kemudian dipakai untuk menunjukkan salah satu
sifat Allah yaitu berkata-kata. Jadi ilmu kalam adalah ilmu tentang kalam
Allah.Ilmu tauhid sering juga disebut dengan ilmu kalam.
Penamaan
ilmu kalam didasarkan pada beberapa alasan, antara lain;
·
Problem-problem
yang diperselisihkan umat Islam pada masamasa awal dalam ilmu ini adalah
masalah Kalam Allah Swt. yaitu al-Qur’an, apakah ia makhluk dalam arti
diciptakan ataukah ia qadim dalam arti abadi dan tidak diciptakan.
·
Dasar dalam
membahas masalah-masalah ke Tuhanan tidak lepas dari dalil-dalil aqliyang
dijadikan sebagai argumentasi yang kuat sesuai dengan aturan-aturan yang
ditetapkan dalam logika (mantiq) yang penyajiannya melalui permainan
(kata-kata) yang tepat dan jitu.
b. Ilmu
Ilahiah
Ilmu
tauhid juga dikenal dengan sebutan ilmu ilahiah, karena yang menjadi obyek
utama ilmu ini pada dasarnya adalah masalah ketuhanan. Ilmu tauhid juga kadang
disebut dengan teologi. Teologi adalah ilmu tentang Tuhan atau ilmu ketuhanan.
Kata teologi berasal dari dua kata yaitu theoyang berarti Tuhan dan logosyang
berarti ilmu. Tetapi apabila kata teologi dipakai untuk membicarakan tentang
Tuhan dalam Islam, maka hendaklah selalu ditambahkan kata Islam di belakangnya,
sehingga menjadi teologi Islam. Sebab kata itu dapat juga dipakai untuk
membicarakan Tuhan menurut agama-agama yang lain, seperti teologi Kristen,
teologi Hindu, dan sebagainya. Ini semua dimaksudkan untuk menghindari
kesalahpahaman.
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa istilah teologi Islam, ilmu kalam,
dan ilmu tauhid memiliki kesamaan pengertian, yaitu di sekitar masalah-masalah
sebagai berikut;
·
Kepercayaan
tentang Tuhan dengan segala seginya, yang berarti termasuk di dalamnya
soal-soal wujud-Nya, keesaan-Nya, sifat-sifat-Nya dan sebagainya.
·
Pertalian-Nya
dengan alam semesta, yang berarti termasuk di dalamnya persoalan terjadinya
alam, keadilan dan kebijaksanaan Tuhan, serta qadadan qadar. Pengutusan
rasul-rasul juga termasuk di dalam persoalan pertalian manusia dengan Tuhan,
yang meliputi juga soal penerimaan wahyu dan berita-berita alam ghaib atau
akhirat.
3. Ruang Lingkup Tauhid
Pokok-pokok
pembahasan yang menjadi ruang lingkup ilmu tauhid meliputi tiga hal sebagai berikut:
a.
Ma’rifat
al-mabda’ yaitu mempercayai dengan penuh keyakinan tentang Pencipta alam yaitu
Allah Swt. Hal ini sering diartikan dengan wujud yang sempurna, wujud mutlak
atau wajibul wujud.
b.
Ma’rifat
al-watsiqah yaitu mempercayai dengan penuh keyakinan tentang para utusan Allah
Swt. yang menjadi utusan dan perantara Allah Swt. dengan umat manusia untuk
menyampaikan ajaran-ajaran Nya, tentang kitab-kitab Allah yang dibawa oleh para
utusan-Nya dan tentang para malaikat-Nya.
c.
Ma’rifat
al-ma’ad yaitu mempercayai dengan penuh keyakinan akan adanya kehidupan abadi
setelah mati di alam akhirat dengan segala hal ihwal yang ada di dalamnya.
4. Macam-Macam Tauhid
Berdasarkan
jenis dan sifat keyakinan tauhid, para ulama membagi ilmu tauhid dalam empat
bagian; yaitu:
a.
Tauhid yang
berhubungan dengan ke Tuhanan yaitu mempercayai bahwa hanya kepada Allah-lah
kita harus berTuhan, beribadah, memohon pertolongan, tunduk, patuh dan merendah
serta tidak kepada yang lain. Tauhid ini mengandung makna bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah. Semua amal ibadah harus disandarkan kepada-Nya.
Dialah
yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia; Maka
sembahlah Dia dengan memurnikan ibadat kepada-Nya. segala puji bagi Allah Tuhan
semesta alam. (Q.S. al-Mukmin: 65)
b.
Tauhid yang
berhubungan dengan sifat Allah yang Maha Memelihara yaitu mempercayai bahwa
Allah Swt. adalah satu-satunya pencipta, pemelihara, penguasa dan pengatur alam
semesta ini. Tauhid ini juga mengandung pengertian keyakinan atas keesaan Allah
dalam penciptaan alam. Allah adalah al-Khaliq. Hanya Allah Pencipta dan
Penguasa alam semesta.
kemudian
air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling
baik
(Q.S.al-Mukminnjn: 14).
c.
Tauhid yang
berhubungan dengan kesempurnaan sifat Allah yaitu mempercayai hanya Allah Swt.
yang memiliki segala sifat kesempurnaan dan terlepas dari sifat tercela atau
dari segala kekurangan.
Dan
mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, Padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan
mereka membohongi (dengan mengatakan): «Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan
perempuan», tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang
mereka berikan. (Q.S. Al-An’am [6] : 100)
d.
Tauhid yang
berhubungan dengan kekuasaan Allah yaitu mempercayai bahwa Allah sebagai
satu-satunya Zat yang menguasai alam semesta, tidak ada lagi zat lain yang
turut serta dalam kekuasaan-Nya. Tidak ada sekutu atas kekuasaan Allah di jagat
raya ini. Allah adalah al-Malik, Maha Raja di atas raja-raja yang ada di dunia.
Katakanlah:
"Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang
yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau
kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang
yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya
Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S. Ali Imran : 26)
5.
Hikmah
dan Manfaat Bertauhid
Orang yang
bertauhid akan memiliki hikmah yang besar, antara lain:
a. Tauhid
yang kuat akan menumbuhkan sikap kesungguhan, pengharapan dan optimisme di
dalam hidup ini. Sebab orang yang bertauhid meyakini bahwa kehidupan dunia
adalah ladang akhirat.
b. Orang
yang bertauhid jika suatu saat dikaruniai harta, maka ia akan bersyukur dan
menggunakan hartanya itu di jalan Allah. Sebab ia yakin bahwa harta dan segala
yang ada adalah milik Allah.
c. Dengan
bertauhid akan mendidik akal manusia supaya berpandangan luas dan mau
mengadakan penelitian tentang alam. Al-Qur’an telah memerintahkan kepada kita
supaya memperhatikan penciptaan langit, bumi, dan segala isinya.
6.
Bahaya
Tidak Bertauhid
Keimanan
yang kuat akan memberikan hikmah dan manfaat yang besar. Sebaliknya, sikap
tidak bertauhid akan mendatang hal-hal negatif, diantaranya:
a. Orang
yang tidak bertauhid tidak akan mempunyai rasa optimisme dan pengharapan dalam
hidup, karena tidak ada dalam benaknya keyakinan akan adanya kehidupan setelah
mati.
b. Orang
yang tidak bertauhid akan berpandangan sempit. Tidak ada dorongan di dalam
hatinya untuk melakukan penelitian dan renungan tentang rahasia di balik
kekuasaan Allah Swt. Karena ia tidak percaya terhadap Allah Swt. Penghidupannya
akan menjadi sempit, seperti firman Allah Swt dalam (QS. thaha : 124).
“dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya
baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari
kiamat dalam Keadaan buta".
c. Orang
yang tidak bertauhid akan mudah tertipu oleh hal-hal yang bersifat keduniawian.
Prinsip hidup orang seperti ini yang penting senang, tidak peduli apakah hal
itu benar atau salah.
d. Orang
yang tidak bertauhid akan tertutup hatinya. Jiwanya mengalami disfungsi.
Pesan-pesan Allah tidak akan mampu tertangkap meskipun Allah begitu dekat.
Allah
telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka dan penglihatan mereka ditutup
dan bagi mereka siksa yang Amat berat. (QS. al-Baqarah : 7)
Sumber : Buku Akidah Akhlak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar